Tak bisa dipungkiri, demam Jokowi semakin menguatkan posisi
PDIP untuk mendongkrak suara pada Pileg 2014. Tapi, untuk capres belum tentu.
Jokowi dinilai tak sebanding dengan Susilo Bambang Yudhoyono 2009 lalu. "Jokowi 2014 tak
sehebat SBY 2009," kata Direktur Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, di kantornya, Rabu
(9/4/2014).Menurut survei yang dilakukan LSI, tingkat elektabilitas Jokowi pada
April 2014 hanya 40 %. Jika dibandingkan dengan SBY pada Pemilu 2009,
elektabilitasnya sangat jauh. "SBY 2009 elektabilitasnya sangat tinggi
yakni 60 %. Dilihat dari angka ini saja sudah beda," ujar
Denny. Meski memiliki pengaruh kepada suara PDIP, menurut Denny,
peran Jokowi tidak terlalu mendongkrak suara partai secara signifikan. Itu juga
berbeda dengan SBY pada 2009.
Jika melihat hasil pemilu legislative pada tahun 2009 Partai Demokrat memperoleh
hasil 20,85% sementara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada pemilu
2014 versi quick count hanya dapat memperoleh 18,58% (Centre For Strategic And
International Studies) sementara jika melihat hasil pileg 2009 PDIP mampu
mengumpulkan suara sebesar 14,03% . Hal ini seolah dapat membuktikan pendapat
beberapa lembaga bahwa elektabilitas Jokowi hanya dapat menaikan perolehan
suara sebesar 3% hingga 4%.
Apa yang menyebabkan pencapresan Joko Widodo tidak berdampak besar pada
perolehan suara PDIP Direktur Eksekutif PolcoMM Heri Budianto menilai bahwa
adanya perpecahan di internal partai. Menurutnya, di internal PDIP masih banyak
yang menginginkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri maju kembali menjadi
capres. "Ketika Jokowi diputuskan untuk menjadi capres oleh PDI-P, banyak
loyalis Mega yang mempunyai basis cukup besar di PDI-P kecewa. Mereka selama
ini menilai, PDI-P ya Bung Karno. Jadi harus penerus darah Bung Karno yang maju
lagi menjadi presiden," kata Heri, saat ditemui usai diskusi 'Membaca Arah
Koalisi Partai Politik', di Universitas Mercu Buana, Jakarta, Jumat
(11/10/2014) siang. Apalagi, menurutnya, PDI-P selama ini sangat identik dengan
sosok Megawati, bukan Jokowi. Sosok yang selalu ditonjolkan selama 5 tahun
belakangan ini, menurutnya, adalah Megawati bersama putrinya yang juga Ketua
Fraksi PDI-P Puan Maharani. "Di indonesia ini politik ketokohan memang
masih mengandalkan Ketua Umum. Gerindra dengan Prabowo, SBY dengan Demokrat,
jadi PDI-P dengan Megawati. Sosok Jokowi tidak dominan," tambahnya. Jika
melihat hasil survey Focus Survey Indonesia pada bulan Januari 2014 tentang
Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tokoh pada Parpol yang menjadi perserta Pemilu 2014
tingkat pengetahuan masyarakat terhadap Jokowi hanya 34,2% sementara tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap Megawati Soekarnoputri sebesar 99,3%.
Sumber :
Cuplik.
“Ini Dia Hasil Akhir Quick Count Pileg 2014” http://www.cuplik.com/politik/2014/04/10/9556/Ini-Dia-Hasil-Akhir-Quick-Count-Pileg-2014.html
(diakses tanggal 13 April 2014).
Kompas.
“Pengamat: Efek Jokowi Terhambat Perpecahan Internal PDI – P” http://nasional.kompas.com/read/2014/04/11/2323370/Pengamat.Efek.Jokowi.Terhambat.Perpecahan.di.Internal.PDI-P
(diakses tanggal 13 April 2014)
Liputan
6. “LSI:
Efek Jokowi Tak Besar, Tak Sehebat SBY Pemilu 2009.” http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2034719/lsi-efek-jokowi-tak-besar-tak-sehebat-sby-pemilu-2009 ( diakses tanggal 13 April 2014 ).
Wikipedia.
“Pemilihan Umum Legislatif Indonesia 2009” http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_2009
(diakses tanggal 13 April 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar